welcome to our blog. thank you for taking the visit on this blog

Rabu, 27 April 2011

Hybrid Salah Satu Hero Bumi

  Kemajuan teknologi menjadikan kehidupan lebih mudah dan menyenangkan, tapi dampak negatif kemajuan itu juga tidaklah sedikit, misalnya polusi yang menyebabkan kerusakan lingkungan dan pemborosan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Seandainya kemajuan teknologi hanya mengutamakan kecanggihan tanpa mempertimbangkan dampak negatifnya bagi kehidupan maka sesungguhnya kehadirannya bukanlah kemajuan tapi justru sebuah kemunduran. Teknologi yang merugikan bagi lingkungan adalah sebuah belati yang menikam dari belakang.
Share

Lingkungan Hijau Vs Psikologi Manusia


Seperti yang dijelaskan pada artikel kami yang berjudul “Taman Penyelamat Bangsa” begitu pentingnya peran fungsi lingkungan hijau dan bersih, maka pada artikel kami selanjutnya akan menunjukkan cerita fakta yag kami ambil dari situs internet bahwa GO GREEN benar-benar berpangaruh pada otak manusia. Dapat membuat rasa semangat, dapat membuat rasa optimis itu muncul, dapat memotivasi manusia menuju kesuksesan, dan masih banyak lagi dampak positif yang dapat kita ambil. Selain lingkungan hijau bermanfaat bagi keselamatan bumi kita, ternyata lingkungan hijau juga mempengaruhi perkembangan psikologi  manusia. Hal tersebut karena dengan lingkungan hijau membuat fikiran menjadi segar sehingga mempermudah manusia dalam berfikir akibat melihat keindahan lingkungan yang hijau. Untuk menambahkan rasa percaya diri kalian akibat dampak positif yang ada tentang lingkungan hijau, maka berikut cerita fakta yang berhasil kami temukan di situs internet dan kata-kata itu tidak kami tambahi maupun kami kurangi bahkan menggantinya.
*-ADA SEBUAH CERITA NYATA-*
Beberapa peneliti di University of Essex mendapati bahwa hanya lima menit “kegiatan hijau” seperti berjalan, berkebun, bersepeda atau menanam pohon dapat mendorong semangat dan penghargaan diri. “Kami percaya bahwa akan ada banyak potensi
Share

Senin, 25 April 2011

Atap Hijau di Belantara Beton Kota


Diambil dari Kompas, 7 Oktober 2007
Oleh: Evawani Ellisa, Pengajar di Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia.

Gambar disamping adalah sebuah mal bernama Namba Park yang terletak di kota Osaka
Di kawasan kota yang telanjur padat, memperoleh lahan terbuka bukanlah soal mudah. DKI Jakarta dengan lahan seluas 66.126 hektar dan ruang hijau 9 persen atau 5.951 hektar, perlu membebaskan sekitar 13.000 hektar lahan bila ingin memenuhi patokan lazim 30 persen lahan terbuka hijau.
Jepang juga menghadapi persoalan sama. Sejak abad ke-17, sifat land hungry (lapar lahan) dalam praktik mengonsumsi lahan perkotaan telah menyebabkan tampilan kota di Jepang tak jauh berbeda dari kota besar Asia lainnya.
Karena lahan perkotaan telah telanjur disesaki bangunan, maka sasaran perolehan sel-sel hijau daun beralih pada hamparan atap datar gedung-gedung yang justru lebih banyak dibanjiri cahaya matahari. Sebenarnya gerakan atap hijau telah muncul di Jepang sejak awal abad ke-20 melalui konsep eco-roof, tetapi sifat pengembangannya masih ekstensif. Atap hijau jenis ini ditandai struktur atap beton konvensional dengan biaya dan perawatan taman relatif murah karena penghijauan atap hanya mengandalkan tanaman perdu dengan lapisan tanah tipis.

Gambar diatas adalah sebuah gedung dengan green roof yang sangat intensif dengan 35.000 pohon dari 76 jenis
Ketika Jepang semakin ketat menjaga lingkungan melalui pemberlakuan berbagai tolok ukur bangunan ramah lingkungan, para perancang mulai berpacu mencari solusi cerdas dalam memanfaatkan bidang datar atap bangunan. Salah satunya adalah intensifikasi taman atap, atau upaya memadukan sistem bangunan dengan sistem penghijauan atap sehingga dapat diciptakan taman melayang (sky garden). Berbeda dengan atap hijau ekstensif yang hanya menghasilkan taman pasif, atap hijau intensif dapat berperan sebagai taman aktif sebagaimana taman di darat.
Dengan lapisan tanah mencapai kedalaman hingga dua meter, atap hijau intensif mensyaratkan struktur bangunan khusus dan perawatan tanaman cukup rumit. Jenis tanaman tidak hanya sebatas tanaman perdu, tetapi juga pohon besar sehingga mampu menghadirkan satu kesatuan ekosistem.
Kerja sama
Rancangan, perwujudan, dan pengelolaan atap hijau intensif membutuhkan kerja sama dan keterlibatan bukan hanya kalangan arsitek, ahli pertamanan, sipil, mesin dan listrik, tetapi juga ahli lingkungan, biologi, pertanian, dan kesehatan. Inilah salah satu bentuk penerapan prinsip arsitektur berkelanjutan yang diformulasikan Richart J Dietrich, pendiri pusat riset Baubiologie (biologi bangunan) dan Biooekologi (ekologi bangunan) di Jerman. Ia menyebut arsitektur masa depan sebagai hasil rekayasa super-system yang ditandai kompromi selaras antara ranah teknologi dan ranah alam melalui pendekatan perancangan multidisiplin.
Walaupun investasi yang dibutuhkan untuk membuat atap hijau cukup tinggi, bukan berarti upaya peduli lingkungan ini bertentangan dengan semangat mengejar keuntungan ekonomi, terbukti kini banyak fasilitas komersial yang menerapkan konsep atap hijau intensif. Salah satu di antaranya adalah Namba Park, sebuah mal gaya hidup di pusat kota Osaka.
Jerde Partnership merancang Namba Park sebagai mal bertema gurun yang dipadu atap hijau berlapis-lapis menyerupai lahan terasering. Namba Park memiliki taman atap seluas 8.000 meter persegi dengan 40.000 tanaman, termasuk 35 jenis tanaman pohon dan 200 jenis tanaman bunga.
Sistem irigasi atap hijau Namba Park menggunakan teknik penyiraman sprinkle yang diadopsi dari metode tradisional pendinginan jalan di Jepang, yaitu air hujan yang mengalir melalui jalan ditampung di bawah perkerasan jalan untuk kemudian ditapis kembali ke permukaan jalan dengan sistem kapiler. Hasil penelitian menunjukkan, selama proses evaporasi suhu permukaan atap hijau dapat ditekan hingga 25° Celsius lebih rendah dibandingkan dengan permukaan aspal.
Share
thank for follow me

thank for follow me